Kasih Sayang dalam Islam BUKAN Valentine Day

Meskipun di dalam Islam menganjurkan kasih sayang, tapi suatu Ikhtifal (perayaan) Valentine Day yang selama ini diperingati para kaum muda-mudi mengandung unsure maksiat. Sehingga Islam secara tegas peringatan Valentine Day hukumnya HARAM.

Pasalnya, dalam pandangan Fiqh, Valentine day dikategorikan sebagai perilaku ikhtilat (percampuran laki-laki dengan perempuan bukan muhrim). Baik ditempat sepi maupun ramai dengan saling bermesraan memadu cinta layaknya suami istri.
“Perilaku itu sangat tegas diharamkan oleh Islam”

Kategori kedua, valentine day sebagai Kholwah (berdua antara laki-laki dengan perempuan yang bukan suami istri dan bukan muhrim) yang cenderung sampai pada tahap ngelencer ke kamar untuk berzina.

Pengharaman ini bertujuan untuk kemaslahatan manusia itu sendiri dalam memelihara keturunan sebagai mahluk yang dimuliakan Allah SWT, karena menjaga nafsunya (Hifdz nafs).

Islam menganjurkan berkasih sayang kepada orang tua, guru, tetangga, tamu dan sesama dengan cara menebar senyum serta tidak berbuat angkara murka di muka bumi. “Allah SWT pun Arahmanurohim. Kasih sayang dalam Islam bukan Valentine Day,

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)

Remaja Indonesia Salah Maknai Valentine Day

Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) menilai, masyarakat Indonesia, terutama kalangan remajanya, telah salah memaknai Valentine Day atau Hari Kasih Sayang. Hari yang diperingati setiap 14 Februari itu, telah dimaknai sebagai hari untuk berpesta dan berbuat hal yang tidak bermanfaat.

“Selama ini, terjadi pemaknaan dan penyikapan yang keblinger (menyimpang) oleh kalangan pemuda dan remaja,” ungkap Ketua Umum PP IPNU Idy Muzayyad kepada wartawan di Jakarta, Rabu (13/2) kemarin.

Menurutnya, berbagi kasih-sayang, tak harus menunggu datangnya Valentine Day. Tak harus pula diisi dengan hal-hal negatif yang melanggar norma masyarakat dan agama. Demikian pula, hal tersebut tidak melulu bagi kalangan muda saja.

“Apalagi, hari ini, memang ada kesan permainan pasar yang semakin menambah ruwetnya fenomena perayaan Valentine,” tandasnya.

Pendapat senada dikemukakan Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah NU, KH Nuril Huda. Ia mengimbau kepada umat Islam, terutama kalangan muda agar tak melakukan hal-hal negatif yang dilarang agama di hari Valentine. “Jangan menambah-nambah kemaksiatan, bangsa ini sudah terpuruk,” ujarnya.

Kiai Nuril—begitu panggilan akrabnya—mengaku prihatin atas rusaknya generasi muda akhir-akhir ini. Melanggar norma-norma agama, katanya, seolah-olah dianggap sebagai hal wajar oleh generasi muda.

IPPNU Tak Rayakan Hari Valentine

Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) tak akan larut dalam budaya hura-hura para remaja dan pasangan muda-mudi yang memperingati hari kasih sayang yang dikenal dengan Valentine Day, 14 Februari. Kasih sayang sudah dipraktikkan setiap hari.

Ketua Umum Wafa Patria Umma mengimbau remaja muslim, khususnya anggota IPPNU, tidak ikut-ikutan. ”Tak perlu merayakan Valentine dengan alasan apapun, tidak ada maknanya buat kita,” katanya dihubungi NU Online di sela-acara IPPNU di Samarinda, Kalimantan Timur, Ahad (15/2).

Wafa memastikan anggotanya tidak melakukan perayaan khusus di hari Valentine kemarin. Hari valentine tidak diperhitungkan sebagai momen khusus, dan aktivitas IPPNU berjalan sebagaimana biasa.

”Kita sedang menyiapkan beberapa kegitan dalam rangka hari lahir IPPNU yang puncaknya pada 3 Maret nanti. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan terutama pelatihan-pelatihan dan perlombaan-perlombaan yang memacu kreativitas pelajar,” katanya.

Ketua Pengurus Wilayah IPPNU Kalimantan Selatan Rabiatul Adawiyah malah menyangkan para remaja yang latah memeringati hari valentine dengan dalih mengikuti budaya Barat, apalagi dilakukan dengan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan adat ketimuran dan bertentangan dengan tuntunan Islam.

”Saya malah pada anak-anak di desa yang meminta uang orang tuanya untuk keperluan hura-hura valentine. Kalau ingin mengikuti barat, semestinya hanya pada sisi keilmuan saja. Kita punya budaya dan ajaran tersendiri,” katanya dihubungi NU Online.

Dikatakannya, agama Islam mengajarkan umat untuk saling menyayangi sesama setiap saat. ”Dalam Islam, kasih sayang kepada sesama dilakukan setiap hari,” katanya. (nam)

MUI Jabar: Ikut Valentine Haram

Umat Islam diharamkan mengikuti peringatan hari kasih sayang atau lebih dikenal dengan sebutan Valentine Day’s yang diperingati setiap tahun pada tanggal 14 Februari.

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Drs KH Hafidz Utsman di Bandung, Jum’at (13/2). “Bagi umat Islam ikut valentine, itu haram,” tegasnya.

Ia mengatakan, budaya peringatan valentine ialah budaya yang berasal dari non muslim. “Valentine itu kan dari budaya luar, dan asal usul valentine itu orang pacaran yang tidak pakai norma agama, jadi kenapa orang Islam harus meniru budaya itu,” katanya.

Menurut dia, dalan ajaran Islam tidak mengenal peringatan hari kasih sayang, karena Islam memandang setiap hari ialah hari kasih sayang. Dikatakannya, meskipun mengharamkan perayaan valentine day untuk warga muslim, pihaknya tidak melarang bagi orang non muslim yang akan merayakan hari kasih sayang.

“Kalau ada orang non muslim yang merayakan valentine silakan saja, selama tidak mengganggu kita (warga muslim),” katanya. (ant/mad)

sumber: http://www.nu.or.id/page.php

BACK TO INDEX POST

HISTORY OF VALENTINE DAY

SEJARAH VALENTINE

Asal-usul St. Valentine sendiri tidak jelas sebenarnya. Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus setidaknya bisa merujuk kepada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:

* seorang pastur di Roma, atau
* seorang uskup Interamna (modern Terni), atau
* seorang martir di provinsi Romawi Africa.

Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta yang otomatis-romantis tidak begitu jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini. Salah satu versi mengatakan, Valentine adalah nama seseorang pemimpin agama Katolik yang telah dianggap menjadi martir oleh orang-orang Kristen (katolik) dan Valentine telah diberi gelar sebagai orang suci (Santo) karena kesalahan.

Kisahnya bermula ketika raja Claudius II (268 – 270 M) mempunyai kebijakan yang melarang prajurit-prajurit-nya untuk menikah. Menurut raja Claudius II, bahwa dengan tidak menikah maka para prajurit akan agresif dan potensial dalam berperang

Kebijakan ini ditentang oleh Santo Valentine dan Santo Marius, mereka berdua secara diam-diam tetap menikahkan para prajurit dan muda-mudi, lama-kelamaan tindakan mereka diketahui oleh raja Claudius, sang raja pun marah dan memutuskan untuk memberikan sangsi kepada Valentine dan santo Marius yaitu berupa hukuman mati.

Sebelum dihukum mati, Santo Valentine dan Santo Marius dipenjarakan dahulu, dalam penjara Valentine berkenalan dengan seorang gadis anak sipir penjara, kemudian gadis ini setia menjenguk valentine hingga menjelang kematian Valentine. Sebelum Valentine dihukum mati, Valentine masih sempat menulis pesan kepada gadis kenalannya, yang isinya :

‘ From Your Valentine ‘

Setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, orang-orang selalu mengingat kedua santo tersebut dan merayakannya sebagai bentuk ekspresi cinta kasih Valentine, dua-ratus tahun kemudian yaitu tahun 496 Masehi setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, Paus Galasius meresmikan tanggal 14 Pebruari 496 sebagai hari Velentine.

Itulah sejarah hari Valentine yang ternyata untuk mengenang dan memperingati dua orang suci Kristen Katolik yang mengorbankan jiwanya demi kasih sayang.

Ada versi lain tentang sejarah Valentine, yaitu pada masa Romawi Kuno, tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi, orang-orang Romawi kuno juga meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi bagi kaum perempuan dan perkimpoian…dewi cinta.

Pada tanggal 14 Pebruari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas sebagai, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.

VALENTINE dan DUNIA BARAT

Pada abad ke 16 Masehi, perayaan Valentine yang semula merupakan ritual milik agama Kristen Katolik telah berangsur-angsur bergeser, yang semula untuk memperingati kematian santo Valentine dan Marius telah bergeser menjadi hari “Jamuan Kasih Sayang” yang disebut sebagai “Supercalis” seperti yang dirayakan oleh bangsa Romawi Kuno pada tiap tanggal 15 Pebruari.

Sedangkan pada abad pertengahan di dalam bahasa Perancis-Normandia terdapat kata “Galentine” yang berasal dari kata Galant yang berarti cinta, persamaan bunyi antara Galentine dan Valentine disinyalir telah memberikan ide kepada orang-orang Eropa bahwa sebaiknya pada tanggal 14 Pebruari digunakan untuk mencari pasangan. Dan kini Valentine telah tersinkretisasi dengan peradaban Barat.

Valentine telah menjadi bentuk pesta hura-hura, simbol modernitas, sekedar simbol cinta, dan sudah mulai bernuansa pergaulan bebas dan seks bebas.

Banyak para muda-mudi yang mengadakan pesta Valentine hanya karena ikut-ikutan supaya tidak dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul, orang yang ikut-ikutan pesta valentine seakan-akan telah menyandang predikat sebagai orang yang modern dan maju, padahal dia tidak tahu apa-apa tentang sejarah Valentine dan siapa Valentine itu sendiri.

Tentu saja Barat adalah yang paling diuntungkan dengan hiruk-pikuk pesta Valentine, karena di dalam pesta valentine orang didukung untuk hura-hura, mencari cinta sesaat dan instan, seks bebas, galmour yang semuanya itu mengarah ke peradaban Barat.

KEPENTINGAN BISNIS

Dari iseng-iseng tanya orang-orang sekitar, ada kesimpulan kasar yang bisa ditarik :

  1. Pertama, kalangan muda-mudi hampir 100% telah mengenal Valentine padahal para orang-tua mereka hampir 100% tidak mengenal Valentine pada masa remajanya berarti Valentine telah berkembang pesat dalam satu generasi.
  2. Kedua, hanya sebagian kecil remaja yang menentang Valentine dan hampir 100% yang tidak mengetahui tentang sejarah Valentine.

Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine melalui greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.

Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu. Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi ladang bisnis.

Oke, sekarang kita sudah tahu asal-muasalnya. Terserah kalau mau merayakan atau malah gak jadi ikut-ikutan. Yang penting kalau mau berbagi kasih-sayang tidak harus dibatasi hari tertentu saja, khan?

source : tempat informasi (gak) penting

http://www.trieffendi.com/love-tips/hari-kasih-sayang-valentines-day.html

Klick link ini tuk detail Valentine menurut Islam

BACK TO INDEX POST

Pernikahan

Oleh: A. Mustofa Bisri
Pernikahan merupakan salah satu sunnah Rasul SAW dan merupakan anjuran agama. Pernikahan yang disebut dalam Quran sebagai miitsaaqun ghaliizh, perjanjian agung, bukanlah sekedar upacara dalam rangka mengikuti tradisi, bukan semata-mata sarana mendapatkan keturunan, dan apalagi hanya sebagai penyaluran libido seksualitas atau pelampiasan nafsu syahwat belaka.

Penikahan adalah amanah dan tanggungjawab. Bagi pasangan yang masing-masing mempunyai niat tulus untuk membangun mahligai kehidupan bersama dan menyadari bahwa pernikahan ialah tanggungjawab dan amanah, maka pernikahan mereka bisa menjadi sorga. Apalagi, bila keduanya saling menyintai.

Nabi Muhammad SAW telah bersabda yang artinya, “Perhatikanlah baik-baik istri-istri kalian. Mereka di samping kalian ibarat titipan, amanat yang harus kalian jaga. Mereka kalian jemput melalui amanah Allah dan kalimahNya. Maka pergaulilah mereka dengan baik, jangan kalian lalimi, dan penuhilah hak-hak mereka.”

Ketika berbicara tentang tanggungjawab kita, Rasulullah SAW antara lain juga menyebutkan bahwa “suami adalah penggembala dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya dan isteri adalah penggembala dalam rumah suaminya dan bertanggungjawab atas gembalaannya.”

Begitulah, laki-laki dan perempuan yang telah diikat atas nama Allah dalam sebuah pernikahan, masing-masing terhadap yang lain mempunyai hak dan kewajiban. Suami wajib memenuhi tanggungjawabnya terhadap keluarga dan anak-anaknya, di antaranya yang terpenting ialah mempergauli mereka dengan baik. Istri dituntut untuk taat kepada suaminya dan mengatur rumah tangganya.

Masing-masing dari suami-isteri memikul tanggung jawab bagi keberhasilan perkawinan mereka untuk mendapatkan ridha Tuhan mereka. Apabila masing-masing lebih memperhatikan dan melaksanakan kewajibannya terhadap pasangannya daripada menuntut haknya saja, Insya Allah, keharmonisan dan kebahagian hidup mereka akan lestari sampai Hari Akhir. Sebaliknya, apabila masing-masing hanya melihat haknya sendiri karena merasa memiliki kelebihan atau melihat kekurangan dari yang lain, maka kehidupan mereka akan menjadi beban yang sering kali tak tertahankan.

Masing-masing, laki-laki dan perempuan, secara fitri mempunyai kelebihan dan kekurangannnya sendiri-sendiri. Kelebihan-kelebihan itu bukan untuk diperbanggakan atau diperirikan. Kekurangan-kekurang pun bukan untuk diperejekkan atau dibuat merendahkan. Tapi semua itu merupakan peluang bagi kedua pasangan untuk saling melengkapi. Kedua suami-isteri bersama-sama berjuang membangun kehidupan keluarga mereka dengan akhlak yang mulia dan menjaga keselamatan dan keistiqamahannya selalu. Dengan demikian akan terwujudlah kebahagian hakiki di dunia maupun di akhirat kelak, Insya Allah.

BACK TO INDEX POST